Memiliki tubuh
langsing atau mempertahankan bentuk tubuh tetap ramping menjadi
dambaan setiap wanita. Banyak keuntungan memang dengan bertubuh
langsing. Mencari pakaian tak perlu pusing karena pasti tersedia
ukuran yang sesuai. Penampilan pun menjadi lebih sedap dipandang.
Dari sisi kesehatan, banyak penyakit yang dapat dihindari dengan
selalu menjaga bobot tubuh. Masalahnya, kini mewujudkan impian
tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu upaya
ekstra.
Di zaman dimana
konsumen menjadi raja, banyak produk diciptakan untuk membuat hidup
Anda lebih mudah. Makanan dan minuman diet instan, contohnya.
Tersedia pilihan dari susu, camilan, hingga ’makanan berat’
rendah kalori yang cara penyiapannya cukup mudah. Tak heran bila
produk semacam ini menjadi pilihan, terutama bagi mereka yang punya
jadwal kegiatan padat. Tetapi, bagaimana dengan kualitas? Apakah
memenuhi kebutuhan nutrisi? Sebelum memutuskan membeli, lebih baik
Anda teliti dulu plus minusnya.
Ada prinsip yang
mesti dipatuhi saat Anda berdiet: "Asupan makanan secara
kuantitas dan kualitas harus memenuhi kebutuhan kalori minimal dengan
komposisi seimbang, yaitu 60% karbohidrat, 15% protein, dan 25%
lemak. Selain itu, tubuh juga wajib mendapatkan asupan vitamin dan
mineral dalam jumlah cukup. Umumnya takaran kalori aman yang
disarankan untuk diet orang dewasa tanpa butuh pengawasan medis
khusus adalah sekitar 1200 kalori," jelas dr.
Fiastuti Witjaksono MSc, MS dari
Seameotropmed.
Mewujudkan angka
1200 kalori dalam diet sehari-hari, menurut Fias, bukanlah misi yang
mustahil. Pola makan orang yang kegemukan biasanya adalah sekitar
2000-2500 kalori. Bila bertujuan menurunkan bobot, ia dapat
mengurangi sekitar 500-1000 kalori dari asupannya setiap hari. Itu
sudah cukup sebenarnya. Fias lantas memberi contoh perhitungan
kalori. "Nasi 1/2 gelas mengandung sekitar 175 kalori. Sepotong
lauk hewani biasanya 100 kalori. Sedangkan yang nabati sekitar 80
kalori. Sayur dan buah masing-masing sekitar 50 kalori. Tentu
perhitungan ini sifatnya hanya takaran kasar. Besar potongan lauk
atau cara memasak, misalnya, sangat mempengaruhi perhitungan total
kalori."
Problemnya adalah
tidak mudah mengukur jumlah kalori yang terdapat dalam suatu makanan.
Bisa saja Anda mengetahuinya jika tengah bersantap di suatu restoran
dan dalam menu makanannya tercantum total kalori yang terkandung.
Atau bila Anda memasak mengikuti suatu resep yang jumlah kalorinya
sudah dihitung dengan pasti. Namun, hal seperti ini jarang terjadi.
Lalu, bagaimana jika Anda makan di sembarang restoran atau warung
pinggir jalan? Dilema seperti inilah yang kerap terjadi bila Anda
berdiet dengan mengkonsumsi makanan biasa.
Seperti diungkapkan
oleh Fias, cara seperti itu membutuhkan upaya yang tinggi. Pengolahan
suatu makanan mempengaruhi jumlah kalori. Misalnya, makanan yang
digoreng tentu lebih tinggi kalori dibandingkan makanan yang direbus.
Ingat, dalam 1 gr minyak terkandung 9 kalori. Selain itu, cara
penyimpanan juga punya andil. Contohnya, sayuran. Bila penyimpanannya
tidak tepat, vitamin dan zat antioksidan yang terkandung di dalamnya
dapat hilang saat dimasak. Istilah ’sehat karena makan sayur’
menjadi tidak berlaku, bukan? Secara umum, Fias menilai, makanan
biasa cenderung tinggi lemak. Juga makanan tradisional yang kerap
disantap orang Indonesia biasanya menggunakan bahan tinggi kalori,
seperti santan, dalam ramuannya. Gabungkan semua faktor tersebut dan
terbayang tingkat kesulitan menghitung jumlah kalori dalam suatu
masakan. Meski demikian, bukan berarti cara berdiet seperti ini tidak
ada nilai plusnya.
No comments:
Post a Comment