Wednesday, 13 February 2013

Makanan Diet Instan: Alternatif Praktis Jadi Langsing



  Memiliki tubuh langsing atau mempertahankan bentuk tubuh tetap ramping menjadi dambaan setiap wanita. Banyak keuntungan memang dengan bertubuh langsing. Mencari pakaian tak perlu pusing karena pasti tersedia ukuran yang sesuai. Penampilan pun menjadi lebih sedap dipandang. Dari sisi kesehatan, banyak penyakit yang dapat dihindari dengan selalu menjaga bobot tubuh. Masalahnya, kini mewujudkan impian tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu upaya ekstra.
Di zaman dimana konsumen menjadi raja, banyak produk diciptakan untuk membuat hidup Anda lebih mudah. Makanan dan minuman diet instan, contohnya. Tersedia pilihan dari susu, camilan, hingga ’makanan berat’ rendah kalori yang cara penyiapannya cukup mudah. Tak heran bila produk semacam ini menjadi pilihan, terutama bagi mereka yang punya jadwal kegiatan padat. Tetapi, bagaimana dengan kualitas? Apakah memenuhi kebutuhan nutrisi? Sebelum memutuskan membeli, lebih baik Anda teliti dulu plus minusnya.

Ada prinsip yang mesti dipatuhi saat Anda berdiet: "Asupan makanan secara kuantitas dan kualitas harus memenuhi kebutuhan kalori minimal dengan komposisi seimbang, yaitu 60% karbohidrat, 15% protein, dan 25% lemak. Selain itu, tubuh juga wajib mendapatkan asupan vitamin dan mineral dalam jumlah cukup. Umumnya takaran kalori aman yang disarankan untuk diet orang dewasa tanpa butuh pengawasan medis khusus adalah sekitar 1200 kalori," jelas dr. Fiastuti Witjaksono MSc, MS dari Seameotropmed.
Mewujudkan angka 1200 kalori dalam diet sehari-hari, menurut Fias, bukanlah misi yang mustahil. Pola makan orang yang kegemukan biasanya adalah sekitar 2000-2500 kalori. Bila bertujuan menurunkan bobot, ia dapat mengurangi sekitar 500-1000 kalori dari asupannya setiap hari. Itu sudah cukup sebenarnya. Fias lantas memberi contoh perhitungan kalori. "Nasi 1/2 gelas mengandung sekitar 175 kalori. Sepotong lauk hewani biasanya 100 kalori. Sedangkan yang nabati sekitar 80 kalori. Sayur dan buah masing-masing sekitar 50 kalori. Tentu perhitungan ini sifatnya hanya takaran kasar. Besar potongan lauk atau cara memasak, misalnya, sangat mempengaruhi perhitungan total kalori."
Problemnya adalah tidak mudah mengukur jumlah kalori yang terdapat dalam suatu makanan. Bisa saja Anda mengetahuinya jika tengah bersantap di suatu restoran dan dalam menu makanannya tercantum total kalori yang terkandung. Atau bila Anda memasak mengikuti suatu resep yang jumlah kalorinya sudah dihitung dengan pasti. Namun, hal seperti ini jarang terjadi. Lalu, bagaimana jika Anda makan di sembarang restoran atau warung pinggir jalan? Dilema seperti inilah yang kerap terjadi bila Anda berdiet dengan mengkonsumsi makanan biasa.
Seperti diungkapkan oleh Fias, cara seperti itu membutuhkan upaya yang tinggi. Pengolahan suatu makanan mempengaruhi jumlah kalori. Misalnya, makanan yang digoreng tentu lebih tinggi kalori dibandingkan makanan yang direbus. Ingat, dalam 1 gr minyak terkandung 9 kalori. Selain itu, cara penyimpanan juga punya andil. Contohnya, sayuran. Bila penyimpanannya tidak tepat, vitamin dan zat antioksidan yang terkandung di dalamnya dapat hilang saat dimasak. Istilah ’sehat karena makan sayur’ menjadi tidak berlaku, bukan? Secara umum, Fias menilai, makanan biasa cenderung tinggi lemak. Juga makanan tradisional yang kerap disantap orang Indonesia biasanya menggunakan bahan tinggi kalori, seperti santan, dalam ramuannya. Gabungkan semua faktor tersebut dan terbayang tingkat kesulitan menghitung jumlah kalori dalam suatu masakan. Meski demikian, bukan berarti cara berdiet seperti ini tidak ada nilai plusnya.

No comments:

Post a Comment