Manusia
harus memenuhi kecukupan zat gizi vitamin A dalam tubuhnya untuk
menghindari gangguan akibat kekurangan vitamin A. Menurut Siswono
(2004), terdapat sekitar 40 % - 60% anak yang berusia
12-23 bulan, tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari
makanan sehari-hari.
Sementara,
menurut ahli gizi, bentuk aktif vitamin A terdiri dari retinol,
retinal, retinoic acid. Sumber vitamin A (retinol) adalah hati,
makanan yang berasal dari hewan. Sumber pro vitamin A (karoten)
adalah sayuran hijau, sayuran berwarna kuning, daging buah yang
berwarna kuning.
Menurut
Almatsier (2003), dari data WHO (1991) di antara anak – anak
prasekolah di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 6 – 7
juta kasus baru xeroftalmia (gangguan mata) tiap tahun, dan kurang
lebih di antaranya menderita kerusakan kornea. Oleh sebab itu, untuk
menanggulangi kekurangan vitamin A dapat dilakukan intervensi
berbasis makanan, suplementasi vitamin A.
Sumber
vitamin A banyak terdapat pada sayuran dan buah – buahan serta ubi
– ubian, salah
satunya adalah ubi jalar
yang dapat
dijadikan alternatif makanan sumber karoten. Beta karoten adalah
bentuk provitamin A yang paling aktif, yang terdiri atas dua molekul
retinol yang saling berkaitan (Almatsier, 2003). Menurut Juanda dan
Cahyono (2000), jenis ubi jalar yang mengandung beta karoten tinggi
adalah varietas ubi yang mempunyai warna daging ubi jingga kemerah –
merahan, sedangkan varietas yang daging umbinya berwarna kuning atau
putih memiliki kandungan beta karoten lebih rendah.
Sampai
sekarang
pemanfaatan ubi jalar masih sederhana. Ubi jalar dapat diolah menjadi
tepung atau pasta ubi jalar yang merupakan bahan baku setengah jadi
yang dapat diolah lebih lanjut. Di Indonesia penggunaan tepung ubi
jalar belum berkembang di masyarakat karena tepung dan produk
olahannya masih terbatas digunakan dalam lingkup penelitian (Sarwono,
2005).
Masyarakat
Indonesia dapat mengoptimalkan ubi jalar sebagai makanan sarapan
yaitu flakes ubi jalar (sweet
potato flakes).
Pemanfaatan ubi jalar sebagai makanan sarapan yaitu flakes ubi jalar
dapat membantu meningkatkan pendapatan petani ubi jalar. Flakes ubi
jalar (sweet
potato flakes)
sudah dikembangkan di Institut Pertanian Bogor (IPB), bahkan sudah
dikemas dengan baik agar lebih menarik. Flakes umumnya dikonsumsi
oleh masyarakat menengah ke atas dan banyak disukai masyarakat tua
dan muda, sehingga flakes ubi jalar dapat membantu asupan beta
karoten dalam tubuh untuk mengurangi gangguan mata.
Proses
pembuatan flakes meliputi tahapan – tahapan mulai dari bahan baku
yaitu ubi jalar hingga menjadi flakes ubi jalar. Tahapan – tahapan
tersebut adalah pengeringan selama pembuatan tepung ubi jalar,
pengukusan adonan, hingga pemanggangan. Tahapan proses tersebut
berpotensi
dapat menurunkan kadar beta karoten yang terkandung pada ubi jalar.
Menurut Mann (1997), pengukusan menghasilkan kerusakan β karoten
yang lebih kecil dibandingkan dengan perebusan.
Suhu
pemanggangan dapat mempengaruhi flakes yang dihasilkan seperti
warna, aroma, rasa,
kerenyahan.
Proses pemanggangan bertujuan untuk menurunkan kadar air yang dapat
menurunkan kandungan karotenoid dalam bahan makanan. Menurut Bonnie
dan Choo (1999)dikutip Hervan
(2006), penurunan karotenoid tersebut berkaitan erat dengan tingkat
ketidakjenuhan karotenoid yang sangat tinggi, sehingga sangat mudah
terdegradasi akibat oksidasi dan proses pemanasan Vitamin A tahan
terhadap panas, cahaya, dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam
dan oksidasi (Almatsier, 2003).
No comments:
Post a Comment