KORNET
DAGING SAPI
Corned
Beef atau Kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging sapi
yang banyak digunakan dalam resep masakan Indonesia. Kornet daging
sapi diolah dengan cara diawetkan dalam air garam (brine), yaitu air
yang dicampur dengan larutan garam jenuh. Kemudian dimasak dengan
cara simmering, yaitu direbus dengan api kecil untuk menghindari
hancurnya tekstur daging sapi.
Tujuan pembuatan
kornet daging sapi adalah untuk tetap dapat memperoleh produk daging
sapi yang berwarna merah, awet dan praktis. Dengan diproses menjadi
kornet, masalah penyimpanan daging sapi segar dapat diatasi. Agar
awet, daging sapi segar memang harus disimpan pada suhu dingin atau
suhu beku, akibatnya menjadi tidak praktis apabila akan digunakan.
Sedangkan daging sapi segar yang telah diproses menjadi kornet
kemudian dikalengkan, dapat disimpan pada suhu kamar sekitar dua
tahun.
Daging kornet dapat dihidangkan sebagai campuran perkedel, telur
dadar, mi rebus, pengisi roti, serta makanan lain.
Corned beef atau
daging kornet semakin menjadi pilihan bagi banyak orang. Produk
olahan daging ini juga cepat dan mudah diolah. Meski nilai gizinya
cukup baik, perlu kecermatan dalam memilih, supaya jangan mengonsumsi
makanan yang sudah rusak.
Salah satu kelemahan
daging segar adalah daya simpannya yang rendah pada suhu kamar,
sehingga harus disimpan pada suhu dingin atau suhu beku. Kelemahan
lainnya adalah tidak praktis dalam penggunaannya, terutama bagi
mereka yang selalu sibuk dengan kegiatan di luar rumah. Untuk itu
diperlukan kehadiran produk olahan daging yang bisa diolah menjadi
berbagai hidangan hanya dalam waktu singkat.
Bahan baku/dasar
pembuatan kornet adalah daging sapi yang digiling. Daging tersebut
kaya protein yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan
membentuk emulsi yang baik. Bahan tambahan yang diperlukan adalah
garam dapur, nitrit, alkali fosfat, bahan pengisi, air, lemak, gula,
dan bumbu.
Garam dapur (NaCI)
merupakan bahan penolong dalam proses pembentukan emulsi daging
kornet. Garam mampu memperbaiki sifat-sifat fungsional produk daging
dengan cara mengekstrak protein miofibriler dari serabut daging
selama proses penggilingan dan pelunakan daging. Garam berinteraksi
dengan protein daging selama pemanasan, sehingga protein membentuk
massa yang kuat, dapat menahan air, dan membentuk tekstur yang baik.
Selain itu, garam
memberi cita rasa asin pada produk, serta bersama-sama senyawa
fosfat, berperan dalam meningkatkan daya menahan air dan meningkatkan
kelarutan protein serabut daging. Garam juga bersifat bakteriostatik
dan bakteriosidal, sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan
mikroba pembusuk lainnya.
Fungsi nitrit adalah
menstabilkan warna merah daging, membentuk flavor yang khas,
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan beracun, serta
memperlambat terjadinya ketengikan. Jumlah nitrit yang diizinkan
tersisa pada produk akhir adalah 50 ppm (mg/kg). Kemampuan nitrit
dalam mempertahankan warna merah daging adalah dengan cara bereaksi
dengan pigmen mioglobin (pemberi warna merah daging) membentuk
nitrosomioglobin berwarna merah cerah yang bersifat stabil.
Penambahan senyawa
alkali fosfat pada daging akan meningkatkan daya ikat air dan protein
daging dan mengurangi pengerutan kornet yang dihasilkan. Alkali
fosfat akan meningkatkan pH dan menyebabkan terbukanya ikatan-ikatan
antargugus protein daging yang akan memudahkan pengikatan air.
Bersama-sama dengan asam askorbat, senyawa fosfat dapat menghambat
proses ketengikan oksidatif, dan bisa memperbaiki tekstur. Fosfat
dapat meningkatkan keempukan dan juiciness daging kornet,
meningkatkan daya terima warna, keseragaman dan stabilitas produk,
serta melindungi dari kemungkinan pencokelatan selama penyimpanan.
Air yang ditambahkan
ke dalam massa daging berfungsi untuk membantu melarutkan garam-garam
yang ada, sehingga dapat tersebar dan terserap dengan baik dalam
massa produk. Selain itu, air juga dapat memperbaiki sifat fluiditas
emulsi dan meningkatkan tekstur (kekenyalan) produk akhir.
Penambahan bahan
pengisi dan pengikat pada produk daging adalah untuk meningkatkan
stabilitas, daya ikat air, flavor dan karakteristik irisan produk,
serta untuk mengurangi pengerutan selama pemasakan dan mengurangi
biaya formulasi. Bahan pengisi yang dapat ditambahkan adalah tepung
tapioka, terigu, atau susu skim. Penambahan bahan pengisi pada produk
daging harus tidak melebihi 3,5 persen dari produk.
Penambahan lemak
pada pembuatan daging kornet berfungsi untuk membentuk produk yang
kompak dan empuk, serta memperbaiki rasa dan aroma. Bertambahnya
kadar air dan lemak di dalam kornet akan menambah juiciness dan
keempukannya. Fungsi utama gula dalam pembuatan kornet adalah untuk
memodifikasi rasa, menurunkan kadar air, dan sebagai pengawet. Bumbu
merupakan bahan aromatik yang diperoleh dari tumbuhan atau diproduksi
secara sintetis. Bumbu memberikan cita rasa enak yang diinginkan
dalam kornet.
1.chopper untuk
menggiling daging, sehingga dihasilkan daging cincang,
2.mixer untuk
mencampur adonan, sehingga menjadi homogen,
3.alat pengukus
untuk memasak adonan daging,
4.exhauster untuk
menyedot dan menghampakan udara di dalam kaleng,
5.mesin penutup
kaleng untuk menutup kaleng secara hermetis (kedap udara),
6.retort untuk
memanaskan kaleng dan isinya, sehingga tercipta kondisi yang steril.
Daging sapi digiling
dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama penggilingan, suhu
dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan
dengan menambahkan es batu atau air dingin. Hasil gilingan berupa
daging cincang yang masih kasar. Setelah dicincang, daging dimasukkan
ke dalam mixer untuk mencampur daging, bumbu, dan bahan lainnya
menjadi adonan yang homogen. Agar emulsi tetap terjaga stabilitasnya,
pencampuran harus dilakukan pada suhu rendah (10-16°C).
Emulsi daging yang
telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng yang sebelumnya
telah disterilkan dengan panas. Pengisian dilakukan dengan menyisakan
sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut head space. Kaleng yang
telah diisi, kemudian divakum (exhausting) dengan cara melewatkannya
melalui ban berjalan ke dalam exhauster box bersuhu 90-95°C selama
15 menit. Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan
panas langsung ditutup dengan mesin penutup kaleng.
Setelah ditutup,
kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara memasukkan kaleng ke
dalam retort dan dimasak pada suhu 120°C dan tekanan 0,55 kg/cm2,
selama 15 menit. Agar daging tidak mengalami pemanasan yang
berlebihan, kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di
dalam bak pendingin yang berisi air selama 20-25 menit. Setelah
permukaan kaleng dibersihkan dengan lap hingga kering, produk siap
untuk diberi label dan dikemas.
Nilai Gizi kornet
cukup baik
Syarat mutu daging
kornet telah ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Namun, dalam praktiknya masih ada produk yang tidak sesuai dengan
standar tersebut. Membaca secara seksama label pada kemasan produk
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Komposisi zat gizi
kornet dalam kaleng sangat beragam, tergantung pada jenis daging yang
digunakan, mutu bahan baku sebelum diolah, cara pengolahan, cara dan
lama penyimpanan produk serta kondisi kaleng selama penyimpanan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa daging kornet dalam kaleng
mempunyai nilai gizi yang cukup baik, khususnya protein, vitamin, dan
mineral.
Daging kornet yang
ada di pasaran umumnya dikemas dengan kaleng. Kaleng mempunyai sifat
yang baik sebagai pengemas karena mampu menahan gas, uap air, jasad
renik, debu, dan kotoran. Kaleng juga memiliki kekuatan mekanik yang
tinggi, tahan terhadap perubahan suhu yang ekstrem, dan toksisitasnya
relatif rendah. Umur simpan daging kornet dalam kaleng dapat mencapai
2 tahun atau lebih, tergantung proses pengolahan, jenis kaleng,
penyimpanan, dan distribusi.
Kebusukan kornet
dalam kaleng dapat disebabkan oleh proses pembuatan yang tidak benar,
kebocoran wadah karena penutupan yang kurang baik, atau penyimpanan
pada suhu yang tidak tepat dan terlalu lama. Kebusukan tersebut tidak
selalu dapat dideteksi dari penampakan wadah karena tidak selalu
diikuti oleh perubahan bentuk wadah.
Secara umum,
ciri-ciri yang dapat digunakan untuk menilai kualitas kornet dalam
kaleng adalah sebagai berikut:
Flat Sour
- Apabila produk di dalam kaleng memberikan cita rasa asam karena
adanya aktivitas mikroba tanpa memproduksi gas, kebusukan tersebut
dikenal dengan sebutan flat sour (kaleng tetap datar, tidak
menggembung, tetapi produk menjadi asam). Jenis kebusukan ini
disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak
terhancurkan selama proses sterilisasi. Hal tersebut bisa terjadi
akibat sanitasi selama pengolahan yang buruk atau karena proses
pengolahan tidak tepat.
Penggembungan
Kaleng (Swells)
- Kaleng yang gembung dapat terjadi akibat terbentuknya gas di dalam
wadah karena adanya pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Adanya gas
tersebut menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam kaleng, sehingga
kaleng menjadi gembung pada bagian tutup dan dasar kaleng. Kaleng
yang gembung dapat juga disebabkan oleh penuhnya pengisian kornet,
sehingga tidak cukup adanya ruang kosong di dalam kaleng.
StackBurn
- Stack burn terjadi akibat pendinginan yang tidak sempurna, yaitu
kaleng yang belum benar-benar dingin sudah disimpan. Biasanya produk
di dalam kaleng menjadi lunak, berwarna gelap, dan menjadi tidak
dapat dikonsumsi lagi.
Kaleng yang penyok
- Kaleng yang penyok dapat mengakibatkan terjadinya lubang-lubang
kecil yang merupakan sumber masuknya mikroba pembusuk. Penyoknya
kaleng dapat disebabkan oleh benturan-benturan mekanis akibat
perlakukan kasar, baik selama proses pembuatan, penyimpanan,
pengangkutan, atau pemasaran. Sebagai konsumen yang kritis,
sebaiknya Anda tetap waspada dengan tidak memilih sotiap produk yang
kalengnya dalam keadaan tidak normal.
Kaleng yang bocor
- Bocornya kaleng disebabkan deh sambungan kaleng yang kurang rapat,
penyolderan kurang sempurna, atau tertusuk oleh benda tajam. Kaleng
yang bocor ditandai dengan tumbuhnya mikroba dan timbulnya bau
kurang sedap. Kaleng oval umumnya lebih jarang mengalami kebocoran
daripada yang berbentuk silinder.
Kaleng yang
berkarat
- Kaleng yang berkarat dapat mencerminkan bahwa produk tersebut
telah lama diproduksi atau disimpan pada tempat yang kurang tepat
(keadaan lembab).
Produk cornet beff
“Fray Bentos “ merupakan produksi dari Amerika Selatan.